
Jangan sampai terlewatkan untuk berkunjung melihat penangkaran penyu yang hanya ada dipantai Batu Hiu. Uniknya penangkaran penyu ini dimotori oleh satu orang dengan keluarganya yang peduli dengan habitat laut yang akhirnya mendapat dukungan dari masyarakat membangun sebuah kelompok pelesrati satwa liar dilindungi,
Gerakan hati Panggilan dari Alam
Bapak Didin Syaefudin mendedikasikan dirinya untuk kelangsungan hidup hewan yang sudah langka ini. Semua berawal dari keprihatinan beliau terhadap mulai maraknya perburuan penyu untuk tujuan komersil, konsumsi maupun sekedar hobby awal tahun 80-an. Komitmen terhadap upaya pelestarian ini akhirnya beliau membangun sebuah tempat penangkaran telur penyu sederhana atas dasar swadaya dan swadana.
Semua berawal saat banyaknya ditemukan Penyu Belimbing (Dermochelys sp) di perairan Pangandaran mulai tahun 1963, seiring dengan itu semakin meningkat juga ketertarikan masyarakat terhadap penyu untuk tujuan komersial, diambil daging, telur untuk konsumsi maupun sekedar untuk pajangan dan hiasan rumah.
Kondisi tersebut menggerakkan pak Didin Syaefudin untuk mencegah agar tidak mengeksploitasi secara berlebihan satwa laut yang saat ini sudah dilindungi. Berbekal tekad, upaya sosialisasi kepada masyarakat setempat dilakukan melalui pendekatan persuasif, dari pintu ke pintu, dari orang ke orang dan termasuk pendekatan kepada para nelayan, termasuk yang secara tidak sengaja jaring (pukat)nya menangkap Penyu.
Kelompok Pelestari Biota Laut - Batu Hiu
Upaya yang tidak kenal lelah berujung kepada keberhasilan, beberapa simpati dari warga nelayan dan masyarakat setempat mendukung upaya pak Didin untuk melindungi Penyu dan habitatnya. Yang akhirnya sebuah lembaga pelestari disyahkan melalui notaris dengan nama Kelompok Pelestari Biota Laut (KPBL) Batu Hiu dan diakui keberadaannya oleh Kementerian Lingkungan Hidup IndonesiaPasca Tsunami 1996 yang menghantam Pangandaran, pantai Batu Hiu termasuk daerah yang terkena dampak badai hebat itu. Tempat penangkaran yang dibangun sebelumnya rusak berat dan hanya bisa menyelamatkan dua ekor penyu dari amukan Tsunami. Namun tekad tak pernah pudar, upaya penyelamatan terhadap telur penyu egg turtles rescue dilakukan dengan cara sangat sederhana, melalui kotak sabun berukuran 1 x 60 cm telur-telur diinkubasi didalamnya, dan syukur upaya tersebut bisa berhasil, telur-telur penyu dapat menetas dalam media yang terbatas tersebut.

Perjuangan pak Didin Syaefudin bersama rekan-rekan tidak berhenti di sini. Lingkup aktivitas lembaga bukan hanya menyelamatkan penyu dari tangan jahil tapi lebih dari itu, upaya konservasi habitatnya juga perlu dilakukan. Suatu saat nanti kita masih bisa menyaksikan 5 jenis spesies penyu dari 7 spesies dunia berkeliaran di Pangandaran dan sekitarnya.
Sekilas tentang Penyu di Indonesia
Penyu adalah kura-kura laut yang ditemukan di semua samudra di dunia, yang saat ini hanya ada tujuh jenis penyu yang masih bertahan, yaitu:- Penyu hijau (Chelonia mydas)
- Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)
- Penyu Kemp’s ridley (Lepidochelys kempi)
- Penyu lekang (Lepidochelys olivacea)
- Penyu belimbing (Dermochelys coriacea)
- Penyu pipih (Natator depressus)
- Penyu tempayan (Caretta caretta)

Hampir semua jenis penyu termasuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi oleh undang-undang nasional maupun internasional karena dikhawatirkan akan punah disebabkan oleh jumlahnya makin sedikit. Di samping penyu belimbing, dua spesies lain, penyu Kemp’s Ridley dan penyu sisik juga diklasifikasikan sebagai sangat terancam punah oleh The World Conservation Union (IUCN). Penyu hijau (Chelonia mydas), penyu lekang atau penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea), dan penyu tempayan atau loggerhead (Caretta caretta) digolongkan sebagai terancam punah. Hanya penyu pipih (Natator depressus) yang diperkirakan tidak terancam.
0 komentar:
Posting Komentar